Beranda | Artikel
Khotbah Jumat Masjid an-Nabawi: Mengagungkan Syiar-Syiar Allah Dalam Ibadah Haji
Kamis, 8 September 2016

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ أَوَّلاً وَآخِرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ فِي الآخِرَةِ وَالأُوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ المُصْطَفَى، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَوْفِيَاءِ.

أَمَّا بَعْدُ .. فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ:

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ – جَلَّ وَعَلَا -، وَطَاعَتِهِ سِرًّا وَجَهْرًا، فَهِيَ السَعَادَةُ الكُبْرَى، وَالنَجَاةُ العُظْمَى.

Ma’syiral muslimin,

Dalam Islam, ibadah itu memiliki tujuan yang agung dan maksud yang besar. Dalam hal ini ibadah haji merangkum hal itu semua. Di antara tujuan mulia dari ibadah haji mengunjungi Baitullah adalah merealisasikan tauhid dan berlepas diri dari kesyirikan. Dalam ayat tentang haji, Allah ﷻ berfirman,

﴿حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ﴾

“dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS:Al-Hajj | Ayat: 31).

Maksudnya jauh dari agama yang menyimpang. Karena ini adalah agama yang benar. Ikhlas hanya kepada Allah. Berlepas diri dari peribadatan kepada selain-Nya.

Saudaraku kaum muslimin,

Manasik haji mengajarkan seorang muslim untuk menghadapkan secara sempurna perkataan, perbautan, dan gerak-geriknya hanya kepada Allah. Baik secara zahir maupun batin.

﴿وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا﴾

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS:Al-Hajj | Ayat: 34).

Syiar paling agung dalam ibadah haji adalah talbiyah. Karena mengandung ikrar penerimaan dengan hati, perkataan, dan perbuatan dan dengan cara pengagungan dan merendahkan diri yang sempurna kepada Allah ﷻ. Ucapan tersebut juga merupakan ekspresi cinta yang besar kepada Allah ﷻ. Menaatinya dalam bentuk peribadatan. Berpegang pada perintahnya. Dan pasrah terhadap ketentuan-ketentuan syariatnya.

Ketika di hadapan Hajar Aswad, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan,

وَاللهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلتُكَ

“Demi Allah, sungguh aku mengetahui engkau hanyalah batu yang tidak mampu memberi mudharat dan juga tidak memberi keberuntungan. Seandainya aku tidak tidak melihat Rasulullah menciummu, tentu aku juga tidak akan menciummu.”

Ibadah haji adalah memasrahkan dan menyerahkan diri kepada Allah ﷻ. Demikianlah memang semestinya ibadah haji itu. Ikhlas beribadah kepada Allah begitu tertanam di hari. Manaati-Nya dengan cinta dan rasa takut yang sempurna. Serta diiringi dengan berharap pahala darinya.

Ibadah haji memperbarui kualitas iman di hati. Menambah ketauhidan di dalam jiwa. Haji itu seseorang menghadapkan diri kepada Rabbnya. Tidak menyeru dan meminta kepada selain-Nya. Karena orang tersebut yakin, tidak ada yang menghilangkan bahaya kecuali Allah ﷻ. Dan tidak ada yang menjauhkannya kecuali Dia.

Ibadallah,

Sesungguhnya pilar-pilar ibadah haji adalah seseorang menghabiskan waktunya untuk berdzikir dan mengagungkan Allah, memujinya, mengakui segala dosa dan kesalahannya, menghadirkan perasaan rendah dan hina pada-Nya. Perasaan ini hendaknya hadir di setiap manasik haji. Seorang haji kembali kepada Rabbnya. Berserah diri pada-Nya. Menyerahkan segalah kehidupannya untuk menaati-Nya.

Allah ﷻ berfirman,

﴿فَإِذَا أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ﴾

“Maka apabila kamu telah bertolak dari ´Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy´arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 198).

Firman-Nya juga,

﴿ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾

“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (´Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 199).

Dan firman-Nya,

﴿فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا﴾

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 200).

Dan Rasul kita, Muhammad ﷺ, semulia-mulianya da’i tauhid mengatakan,

«أفضلُ الحجِّ: العجُّ والثَّجُّ»

“Yang utama dari haji adalah al-‘ajja wa al-tsajja.”

Al-‘Ajja adalah meninggikan suara dengan bertakbir dan bertalbiyah karena terdapat kesempurnaan tauhid.

Nabi ﷺ juga bersabda,

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْىُ الْجِمَارِ لإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ

“Sesungguhnya sa’i antara Shofa dan Marwah dan melempar jumrah, tujuannya adalah untuk berdzikir pada Allah.” (Dishahihkan oleh at-Turmudzi).

Ma’asyiral muslimin,

Sesungguhnya haji adalah syiar keagungan dan pengingat bagi umat semua agar mengagungkan apa yang Allah agungkan. Istiqomah di atas syariat-Nya, mengikuti teladan Nabi-Nya.

﴿وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾

“Dan barangsiapa mengagungkan syi´ar-syi´ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS:Al-Hajj | Ayat: 32).

Oleh karena itu, tidak ada kesuksesan dan keberhasilan bagi umat Islam pada hari ini yang tengah berhadapan dengan bencana dan musibah kecuali dengan berpegang kepada sumber panduan hidup kita. Kita praktikkan dalam setiap keadaan yang kita hadapi. Benar dan bersih dalam berakidah. Benar dalam bermanhaj. Menjalani kehidupan dengan baik. Jika ini diterapkan, maka muncul umat yang mulia, terhormat, tinggi kedudukannya, dan bahagia.

Kaum muslimin,

Termasuk juga syiar haji adalah haji merupakan tujuan syariat yang mulia. Karena haji sebagai bukti keimanan. Syiar persaudaraan sesame kaum muslimin, baik di timur maupun di barat. Ikatan Rahim, kesukuan, iklim, dan letak geografis semuanya ditembus oleh persaudaraan Islam. Persaudaraan yang dibangun atas kebaikan beragama dan dalam keadaan yang terbaik.

﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ﴾

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS:Al-Hujuraat | Ayat: 10).

Rasulullah ﷺ bersabda mengingatka kaum muslimin,

لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaraya, sesuatu yang ia sukai untuk dirinya.”  (Muttafaqun ‘alaih).

Kita mengetahui, realita anak-anak kita bukanlah orang yang taat dalam agama. Mereka tidak setuju dengan nilai-nilai Alquran dan as-sunnah. Kita lihat seorang muslim mengkafirkan saudaranya sendiri. Membunuh sesama muslim. Tidak menghargai kehormata sesama muslim. mencuri. Mereka semua adalah orang-orang yang mengatakan laa ilaah illallah, muhammadun rasulullah.

Wahai kaum muslimin,

Tidakkah Anda menjawab seruan Allah dan Rasul-Nya? Berpegang teguh dan konsisten terhadap syariat?

Jadikanlah ibadah haji sebagai madrasah yang langgeng di tengah-tengah konspirasi musuh-musuh Islam. Mereka berusaha memecah belah umat. Merendahkan kedudukan umat ini. Memutuskan persaudaraan. Merusak barisan dan shaf. Seperti apa yang kita saksikan pada hari ini. Karena itulah terjadi musibah besar dan kesedihan yang panjang.

Wahai umat Muhammad yang terpedaya dan menghinakan diri di hadapan setan, perbaikilah keadaan kalian di musim kebaikan ini. Segeralah bertaubat kepada Allah ﷻ, Rabb kalian. Kembali dari kesombongan pada ketaatan. Bertaubat dari menyombongkan diri kepada Allah menuju merendahkan diri padanya.

Ma’syiral muslimin,

Sesungguhnya Kerajaan Arab Saudi ini, memiliki perhatian besar berkhidmat kepada jamaah haji. Mereka memandang hal ini sebagai kewajiban agama dan amal mulia di duniawi. Mereka mencurahkan segala usaha untuk membuat nyaman tamu-tamu ar-Rahman dan peziarah masjid Rasulullah ﷺ.

Wajib bagi setiap muslim untuk mengagungkan Allah ﷻ dan mengagungkan tempat yang suci ini. menjaga kehormatannya sesuai dengan tuntunan Alquran, Sunnah, dan ijma’. Wajib bagi setiap muslim bersemangat menjaga ketenangan sesama kaum muslimin. Karea termasuk dosa besar yang membinasakan adalah menyakiti tamu-tamu Allah dan mencoba membahayakan mereka.

﴿وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ﴾

“Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.” (QS:Al-Hajj | Ayat: 25).

Wajib bagi setiap muslim untuk menaati dengan aturan-aturan yang dapat mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin dalam menunaikan ibadah haji dan menjauhkan mereka dari bahaya. Seperti memiliki izin resmi untuk berhaji. Karena hal ini merupakan bagian dari tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Apa yang dipandang seorang muslim sebagai kebaikan, maka hal itu adalah kebaikan di sisi Allah.

Hendaknya seorang muslim menghindari sikap meremehkan peraturan ini. Karena maslahat kolektif harus lebih dikedepankan daripada kepentingan atau kemaslahatan personal. Walaupun dalam ibadah sunat sekalipun. Hal ini merupakan tujuan dari syariat dan bimbingan ulama kaum muslimin.

Saudaraku kaum muslimin,

Haji itu menata jiwa. Mensucikannya dari sifat-sifat buruk dan rendah. Sifat-sifat jelek yang dapat menimbulkan bahaya di dunia dan akhirat. Allah ﷻ berfirman,

﴿فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ﴾

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 197).

Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wajib bagi setiap muslim memperhatikan tujuan dari ibadah ini. Kemudian memegang teguhnya sepanjang hayat.

وَفَّقَنَا اللهُ سُبْحَانَهُ لِهُدَاهُ، وَأَرْشَدَنَا لِمَا فِيْهِ رِضَاهُ.

Khutbah Kedua:

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ.

Kaum muslimin,

Sesungguhnya umat Islam tidak akan menang dan mulia. Tidak akan mencapai kemakmuran dan kemajuan. Tidak akan merasakan keamanan. Apabila mereka tidak berpegang teguh dengan syariat Allah. Sampai kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya menjadi tata aturan dan undang-undang dalam seluruh aspek kehidupan mereka.

Hendaknya seorang muslim memetik pelajaran dari khotbah beliau di haji wada’. Menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai panduan dalam politik dan hal-hal yang terkait dengannya. Dalam ekonomi dan berbagai bidang lainnya. Hanya dengan ini saja, kebahagian hidup dan kemajuan peradaban dapat digapai. Jika mereka memilih undang-undang buatan manusia, maka terjadilah apa yang terjadi, yang kita saksikan pada hari ini. Kerugian, kesengsaraan, dan musibah. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.

ثُمَّ إِنَ اللهَ – جَلَّ وَعَلَا – أَمَرَنَا بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَلَا وَهُوَ: الصَّلَاةُ وَالتَسْلِيْمُ عَلَى النَّبِيِّ الكَرِيْمِ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى  سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ، وَعَنِ الآلِ وَالصَحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقِ المُسْلِمِيْنَ لِمَا فِيْهِ رِضَاكَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقِ المُسْلِمِيْنَ لِمَا فِيْهِ رِضَاكَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقِ المُسْلِمِيْنَ لِمَا فِيْهِ رِضَاكَ.

اَللَّهُمَّ احْفَظْ الحُجَّاجَ وَالمُعْتَمِرِيْنَ، وَرُدَّهُمْ إِلَى بِلَادِهِمْ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ، يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَليَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ.

اَللَّهُمَّ احْفَظْ بِلَادَ الحَرَمَيْنِ وَسَائِرِ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِإِخْوَانِنَا فِي فِلَسْطِيْنَ، وَفِي اليَمَنِ، وَفِي سُوْرِيَا، وَفِي العِرَاقِ، وَفِي كَشْمِيْرَ، وَفِي بُوْرْمَا، وَفِي لِيْبِيَا، وَفِي سَائِرِ أَصْقَاعِ البِلَادِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ، اَللَّهُمَّ ارْفَعْ كُرَبَتِهِمْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ دِمَاءَهُمْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ دِمَاءَهُمْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْ دِمَاءَهُمْ، اَللَّهُمَّ فَرِّجْ هُمُوْمَهُمْ، اَللَّهُمَّ يَسِّرْ لَهُمْ أُمُوْرَهُمْ.

اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ المُسْلِمِيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، اَللَّهُمَّ دَمِّرْهُمْ تَدْمِيْرًا، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِبْرةً وَآيَةً، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ لِمَنْ خَلْفَهُمْ عِبْرَةً وَآيَةً يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ، اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ عَذَابَكَ، اَللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ عَذَابَكَ. اَللَّهُمَّ ائْذَنْ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ بِزَوَالِ هَذِهِ المَصَائِبِ عَنِ المُسْلِمِيْنِ، اَللَّهُمَّ ائْذَنْ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ بِزَوَالِ هَذِهِ المَصَائِبِ عَنِ المُسْلِمِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.

عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ ذِكْرًا كَثِيْرًا، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Husein bin Abdul Aziz alu Syaikh (imam dan khotib Masjid an-Nabawi)
Judul asli: Ta’zhimu Sya’arilllah wa Hurumatihi fil Hajj
Tanggal: 16 Dzul Qa’dah 1437
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com

Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/4225-khotbah-jumat-masjid-an-nabawi-mengagungkan-syiar-syiar-allah-dalam-ibadah-haji.html